Minggu, 10 Mei 2009

3 FIGUR KYAI

KH HABIB DIMYATHI
(Pondok Pesantren Tremas)

Beliau dilahirkan pada tahun 1923 M. Pada masa kecilnya beliau belajar dasar-dasar pengetahuan agama Islam di Pondok Tremas sendiri. Dan kemudian melanjutkan ke Pondok Al Hidayah Lasem dibawah asuhan KH. Ma’sum. Setelah satu tahun lebih sedikit beliau belajar di pondok tersebut, kemudian kembali lagi ke Tremas. Pada tahun 1937 beliau melanjutkan belajarnya ke Madrasah Salafiyah Kauman Surakarta selama dua tahun lebih sedikit dibawah asuhan KH. Dimyathi Abdul Karim. Dan dari madrasah Salafiyah tersebut beliau kembali lagi pulang ke Tremas. Setelah beberapa waktu di Tremas kemudian melanjutkan belajarnya ke Pondok Popongan dibawah asuhan KH. Mansyur, lantas melanjutkan lagi ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dibawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari sampai kemerdekaan tahun 1945. Sepulangnya dari Tebuireng lalu melanjutkan lagi ke Pondok Pesasntren Krapyak Yogyakarta, dan seterusnya ke Pondok Pesantren Sumolangu Kebumen dibawah asuhan KH. Thoifur Abdurrohman. Selama di Yogyakarta beliau masuk menjadi anggota tentara pejuang Hizbulloh dan menjadi anggota BPRI ( Barisan Pemberontak Republik Indonesia ) pimpinan Bung Tomo, berjuang melawan penjajah di Ambarawa dan bermarkas di Magelang.

Pada awal tahun 1948 beliau pulang ke Tremas, tetapi karena pada waktu itu masih dalam situasi yang serba kacau akibat pemberontakan PKI ( Affair Madiun ), maka beliau bersama pamannya, KH. Abdurrozaq dan kawan-kawannya ditahan oleh PKI di Pacitan.Namun berkat datangnya bantuan tentara Siliwangi ke daerah Pacitan akhirnya beliau-beliau dapat diselamatkan dari rencana pembunuhan oleh PKI.

Setelah beberapa bulan di Tremas beliau meneruskan lagi ke Pondok Pesantren Krapyak, sampai akhir tahun 1952 beliau dipanggil pulang ke Tremas untuk menggantikan kakaknya, Kyai Hamid Dimyathi yang terbunuh akibat terjadinya affair Madiun 1948


KH ALI MAKSUM
(Pondok Pesantren Krapyak)

Beliau, Kyai Haji Muhammad Ali bin Simbah KH Maksum bin KH. Ahmad dilahirkan di Lasem, kota tua di Jawa Tengah dari keluarga keturunan Sultan Minangkabau Malaka. Putra pasangan Kyai Haji Maksum Ahmad dan Nyai Hajjah Nuriyati Zainuddin ini, dari jalur kedua orangtua beliau juga merupakan keturunan Sayyid Abdurrahman Sambu alias Pangeran Kusumo bin Pangeran Ngalogo alias Pangeran Muhammad Syihabudin Sambu Digdadiningrat alias Mbah Sambu. Garis keturunan ini banyak melahirkan keluarga pesantren yang tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Masa muda beliau habiskan dengan berguru dari pesantren ke pesantren. Dimulai dari ayahnya sendiri yang juga seorang kyai ulama besar, beliau kemudian nyantri kepada Kyai Amir Pekalongan untuk kemudian melanjutkan nyantri kepada Kyai Dimyati Abdullah (adik Syeikh Mahfudz Attarmasi) Tremas Pacitan Jawa Timur. Sejak di Termas inilah beliau terlihat menonjol dan akhirnya ikut membantu gurunya mengajar dan mengurus madrasah pesantren dan membuat karangan tulisan.

Tak lama setelah diambil menantu oleh KH.M Munawwir al Hafidh al Muqri Krapyak Yogyakarta, beliau dibantu oleh seorang saudagar Kauman Yogyakarta untuk berhaji ke Mekah. Kesempatan ini beliau pergunakan pula untuk melanjutkan mengaji tabarrukan kepada para ulama Mekah ; Sayyid Alwi al Maliki Al Hasni, Syaikh Masyayikh Hamid Mannan, Syaikh Umar Hamdan dan sebagainya.

Setelah dua tahun mengaji di Mekah Kyai Ali kembali ke tanah Jawa. Sedianya beliau hendak tinggal di Lasem membantu ayahnya mengembangkan pesantren. Namun, sepeninggal Kyai Munawwir Krapyak, Pondok Krapyak memerlukan beliau untuk melanjutkan perjuangan di bidang pendidikan bersama-sama dengan KHR. Abdullah Affandi Munawwir dan KHR. Abdul Qadir Munawwir.

Akhirnya beliau menghabiskan umur dan segenap daya upaya beliau untuk merawat dan mengembangkan Pondok Krapyak, yang pada saat diasuh mendiang Kyai Munawwir merupakan cikal bakal pesantren al Qur'an di Indonesia.

KH BAKRIE HASBULLOH

(Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil)

Beliau adalah putra dari KH Hasbulloh bin Ali Murtadlo,g enerasi ke-3 Pimpinan Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Arjosari Pacitan. Beliau lahir pada tahun 1911 M. Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Arjosari Pacitan dalam silsilahnya masih mempunya hubungan darah kekeluargaan dengan Pesantren Tremas, dalam satu keturunan KH Abdul Manan (pendiri Pondok Tremas). Pada usia 12 tahun KH Bakrie Hasbulloh sudah berguru ke Pondok Al-Hidayah Lasem Rembang pimpinan KH Ma'sum. Beliau nyantri selama 21 tahun di pesantren tersebut. Masa muda beliau habiskan di dalam pesantren. Setelah itu beliau melanjutkan berguru ke Makkah Al-Mukarramah. Setelah 1 tahun disana, Beliau kembali ke kikil dan melanjutkan perjuangan ayahandanya untuk menerus pimpinan Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Arjosari Pacitan.

Pada periode inilah pembaharuan dimulai, yang diawali dengan memperbaiki sistem pengajaran dari sistem salafi ke sistem Khalafi (Klasikal), yang ditandai dengan berdirinya Madrasah Islamiyah, metode klasikal yang baru beberapa tahun diterapkan, peristiwa G.30.S/PKI tahun 1965 dan ditambah banjir bandang yang melanda diseluruh Kabupaten Pacitan tahun 1966 yang sempat memporak porandakan bangunan Pondok Pasantren Al-Fattah yang berakibat sejak saat itu proses belajar mengajar sempat mengalami stagnasi.


Itu tadi keakraban ketiga kyai sepuh. Yang saling berguru, tukar pondok, tukar kyai. Dan harapan kita semoga jasa ketiga Kyai tersebut dalam niat mengembangkan ilmu dan pesantren dapat balasan dari Allah SWT, dan barokah ilmu dari beliau semua dapat kita rasakan sampai saat ini. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar